Menciptakan
budaya positif tentu bukanlah hal yang mudah, perlu adanya kesamaan pemahaman dan
tujuan antar warga sekolah. Hal ini dapat dimulai dari motivasi yang ada di
dalam diri masing-masing dalam berupaya menciptakan lingkungan yang positif. Kesepakatan
antar individu menjadi kunci utama dalam menebalkan nilai-nilai kebajikan,
sehingga akan memperkecil masalah yang timbul, tentu posisi kontrol dan
segitiga restitusi akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah. Sebagai
seorang Guru Penggerak dalam menjalankan pendidikan yang menghamba pada murid
maka perlu berupaya dan memulai langkah-langkah kecil yang konsisten untuk menciptakan
lingkungan yang positif tersebut, dimulai dari lingkup kelas, teman sejawat,
kemudian lingkup sekolah.
Dalam
modul ini, saya mempelajari bahwa menciptakan lingkungan yang positif tentu perlu
dilakukan dengan penerapan disiplin yang efektif sehingga tidak akan memicu
banyak konflik, saling mendukung dan berterima, hingga kualitas diri dan
sekitar pun berkembang signifikan.Hal menarik yang saya temui adalah pembuatan
keyakinan kelas yang ternyata sangat berdampak pada pengelolaan kelas dan juga
penyelesaian masalah, oleh karena itu dalam membuatnya perlu dilibatkan semua
pihak, saling memberi masukan, dengan mengupayakan penebalan nilai-nilai
kebajikan dan kemudian perlu dilakukan peninjauan kembali secara berkala. Perubahan
cara berfikir saya menjadi berhati-hati dan memikirkan betul tindakan yang akan
saya lakukan dalam menerapkan ilmu di modul ini.
Menerapkan
konsep inti dalam modul ini di lingkup kelas sangat membantu saya dalam
menyikapi masalah dengan tenang (menggunakan Segitga Restitusi) ataupun
memberikan penguatan dan penebalan terhadap nilai-nilai kebajikan yang dimiliki
peserta didik. Perasaan saya sangat bersyukur karena saya mengidamkan
pengelolaan emosi dan juga penerapan ilmu yang mempuni dalam melayani peserta
didik.
Penerapan
konsep-konsep di modul Budaya Positif yang sudah baik adalah menganalisi
kebutuhan dasar manusia, disiplin positif, dan nilai-nilai kebajikan. Namun
masih ada yang perlu didalami yaitu penerapan segitiga restitusi. Sebelum
mempelajari modul ini, lima posisi kontrol yang sering saya pakai adalah penghukum,
pembuat merasa bersalah, dan teman. Saat itu saya merasa bahwa itulah peran
terbaik yang sudah saya lakukan. Namun ternyata posisi kontrol tersebut perlu
saya perbaharui dengan posisi control sebagai pemantau dan manajer. Saya juga pernah
menerapkan segitiga restitusi dalam menghadapi permasalahan peserta didik namun
hanya di tahap validasi tindakan yang salah. Saya berharap dengan menerapkan
ilmu dari modul ini akan menjadi lebih nyaman, kondusif, efektif untuk saya
pribadi maupun peserta didik.
Menurut saya konsep-konsep yang
disampaikan dalam modul ini sudah lengkap untuk dipelajari dalam proses
menciptakan budaya positif dalam lingkungan kelas maupun sekolah, hanya perlu
semangat dan juga konsistensi dalam menerapkannya.
Dina Budiarti Maulidia
Kelompok PP 042
Calon Guru Penggerak Angkatan 6
Pengajar Praktik :Cucu Mustika
Fasilitator : Andriansyah Puluhulawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar